ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKAL DALAM TULISAN BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 TEMANGGUNG KELAS XII TAHUN AJARAN 2008/2009

Posted: Senin, 10 Mei 2010 by Ibay thejoery anakalam in
1

ANALISIS KESALAHAN GRAMATIKAL
DALAM TULISAN BAHASA JERMAN
PESERTA DIDIK SMA NEGERI 1 TEMANGGUNG KELAS XII
TAHUN AJARAN 2008/2009

Oleh : Muhammad Malthuf Khabibie
NIM 04203241022

Abstrak


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan kesalahan pada aspek gramatikal tataran morfologi, sintaksis, morfosintaksis, dan ortografi dalam tulisan berbahasa Jerman Peserta didik kelas XII SMA Negeri 1 Temanggung tahun ajaran 2008/2009.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat eksploratif, dengan populasi seluruh peserta didik kelas XII sebanyak 232 peserta didik. Sebagai sampel diambil 30 peserta didik. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah teknik purposive random, yaitu sampel diambil atas adanya tujuan tertentu, untuk mengetahui kesalahan gramatikal dalam tulisan bahasa Jerman peserta didik. Alat pengambilan data berupa tes menulis karangan dalam bahasa Jerman. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dengan metode agih. Untuk reliabilitas data digunakan reliabilitas intrarater, yang dilakukan oleh peneliti sendiri, dan reliabilitas interrater yang diperoleh dengan meminta pendapat ahli (expert judgement), yakni pendapat dari teman sejawat senior yang pengetahuan gramatik bahasa Jermannya lebih baik, dan juga dari dosen pembimbing.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan pada (1) aspek morfologi berjumlah 20 kesalahan yang meliputi 20 kesalahan penggabungan kata (2,94%), dan tidak terdapat kesalahan dalam Ableitung (0,00%), (2) Kesalahan pada aspek sintaksis berjumlah 98 kesalahan (14,39%) yang meliputi kesalahan susunan unsur klausa pada kalimat berita yaitu sebanyak 97 butir kesalahan (14,24%), kesalahan susunan unsur klausa pada kalimat tanya sebanyak 1 butir kesalahan (0,15%), dan tidak terdapat kesalahan dalam kesalahan susunan unsur klausa pada kalimat perintah (0,00%), (3) Kesalahan pada aspek morfosintaksis berjumlah 187 butir (27,46%) yang meliputi kesalahan konjugasi kata kerja lemah 16 kesalahan (2,35%), 26 kesalahan kata kerja kuat (3,82%), 14 kesalahan kata kerja modal (2,06%), 5 kesalahan trennbare Verben (0,73%), 0 kesalahan (0,00%) untrennbare Verben, dan kesalahan pada deklinasi Nomina sebanyak 68 kesalahan (9,99%), 46 kesalahan deklinasi Pronomina (6,75%), 12 kesalahan deklinasi Adjektiv (1,76%), (4) Kesalahan pada aspek ortografi sebanyak 376 kesalahan (55,21%) yang meliputi kesalahan dalam penulisan kata benda sebanyak 175 kesalahan (25,70%), 22 butir kesalahan penulisan tanda baca (3,23%), 25 penulisan Umlaut (3,67%), 23 (3,38%) pemisahan (split), 12 (1,76%) penggabungan (fusion), 34 (4,99%) penghilangan (omision), 23 (3,38%) penambahan (addition), 4 (0,59%) salah susun (misordering), dan lain-lain 58 butir kesalahan (8,52%). Faktor penyebab munculnya kesalahan tersebut adalah pengaruh-pengaruh faktor Interlingual (Interferensi), faktor Intralingual, dan faktor penyebab yang lain. Faktor interlingual (Interferensi) merupakan penyebab kesalahan yang paling nyata dan jelas.



GRAMMATISCHER FEHLERANALYSE
BEIM DEUTSCHSCHREIBEN DER SCHÜLER
IN DER KLASSE XII DER SMA NEGERI 1 TEMANGGUNG STUDIENJAHRGANG 2008/2009

Von: Muhammad Malthuf Khabibie
NIM 04203241022

KURZFASSUNG


Diese Untersuchung hat das Ziel, die grammatikalischen Fehler beim Deutschschreiben aus morphologischen-, syntaktischen-, morphosyntaktischen-, und orthograpischen Aspekten zu beschreiben, die von den Schülern in der Klasse XII der SMA Negeri 1 Temanggung aus dem Studienjahrgang 2008/2009 gemacht worden sind.
Diese Untersuchung ist eine deskriptive eksplorative Untersuchung. Die Population dieser Untersuchung ist die Schüler von der Klasse XII, die insgesamt 232 beträgt, und daraus sind 30 Schüler sind als der Sampel genommen worden. Die Technik der Sampelaufnahme ist purposive random. Der Sampel hat für ein bestimmtes Ziel genommen, um die grammatikalischen Fehler beim Deutschschreiben von den Schülern zu beschreiben. Das Instrument der Sampelaufnahme ist ein Schreibfertigkeitstest. Die Zuverlässigkeit des Testes wird durch das “interrater“ und “intrarater“ Verfahren genommen. Die benutzende Reliabilität der Daten ist intrarater und interrater, die beim Schreiber gemacht worden ist, und durch Befragung von der Experte (expert judgement) von der Person, die gut grammatische Beherrschung besitzt, und auch vom Betreuer erfolgt.
Das Ergebnis der Untersuchung zeigt, dass (1) die Zahl der Fehler in den morphologischen Aspekten beträgt 20 (2,94%). Sie bestehen aus 20 falsch geschriebenen Zusammensetzungen, und keine falsch geschriebene Ableitung (0,00%), (2) Die Anzahl der Fehler in den syntaktischen Aspekten sind 98 (14,39%). Sie bestehen aus 97 Fehler (14,24%) bei der Satzstellung im Aussagesatz, 1 Fehler (0,15%) bei der Satzstellung im Fragesatz, und kein Fehler bei der Satzstellung im Imperativsatz, (3) Unter der Kategorie der morphosyntaxtischen Fehler beträgt die Fehler 187 (27,46%). Sie bestehen aus 16 Fehler (2,35%) bei der Konjugation der schwache Verben, 26 Fehler (3,82%) bei der Konjugation der starke Verben, 14 Fehler (2,06%) bei der Modalverben, 5 (0,73%) falsche trennbare Verben, keine falsche untrennbare Verben (0,00%), und 68 Fehler (9,99%) wegen falscher Deklination des Nominatives, 46 Fehler (6,75%) wegen falscher Deklination des Pronomens, 12 Fehler (1,76%) wegen falscher Deklination des Adjektivs, (4) Die Anzahl der Fehler in den orthograpischen Aspekten ist 376 (55,21%). Sie bestehen aus 175 (25,70%) falsch geschriebenen Nomen, 22 (3,23%) falschen Satzzeichen, 25 (3,67%) wegen fehlendem Umlaut, 23 (3,38%) Fehler wegen der getrennten Schreibung (Split), 12 Fehler (1,76%) wegen zusammengeschriebener Schreibung (Fusion), 34 Fehler (4,99%) bei der Auslassung (Omision), 23 Fehler (3,38%) bei zusätzlichen Wörtern (Addition), 4 Fehler (0,59%) bei der Wortstellung (Misordering), und 58 (8,52%) andere Fehler. Die Ursachen der gemachten Fehler sind Interferenz, Intralinguale Faktoren, und andere Faktoren. Interferenz ist die Hauptursache dieser Fehler.


0

PERANAN POLRI DALAM MENANGGULANGI UNJUK RASA
YANG DILAKUKAN SECARA ANARKIS
(Studi di Poltabes Yogyakarta)
           WAWAN ANDIANSAH

ABSTRAK
Dewasa ini hampir setiap terjadi perselisihan di masyarakat diikuti dengan aksi unjuk rasa dari pihak yang merasa dikalahkan. Aksi unjuk rasa setelah tumbangnya Orde Baru seakan-akan telah menjadi hal yang Trendy dan dinilai sebagai cerminan kehidupan peradaban masyarakat modern yang demokratis. Di satu sisi unjuk rasa merupakan hal yang dapat diterima dan sejalan dengan tuntutan demokrasi, namun di sisi lain tidak jarang aksi ini diikuti dengan tindakan anarki yang menimbulkan suasana mencekam di ruang publik. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini ingin mengetahui bagaimana peran Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai aparat penegak hukum dalam menanggulangi unjuk rasa yang dilakukan secara anarkis dan dalam hal ini penelitian dilakukan di wilayah hukum Kepolisian Kota Besar Yogyakarta (POLTABES) yogyakata. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk upaya Polri dalam menanggulangi Unjuk Rasa yang di lakukan secara Anarkis dan hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi oleh Polri dalam melaksanakan tugasnya tersebut
Metode penelitian, penulis menggunakan jenis Penelitian gabungan, yang mana didalamnya merupakan gabungan antara jenis penelitian normatif dan jenis penelitian empiris. Jenis penelitian secara normatit dilakukan dengan mempelajari norma-norma yang ada atau peraturan perundang-undangan yang erat kaitannya dengan permasalahan yang akan dibahas.dan Jenis penelitian secara empiris dilakukan dengan melihat secara langsung, bagaimana peranan polri dalam menanggulangi unjuk rasa yang dilakukan secara anarkis di wilayah hukum Poltabes yogyakarta. Dan selain itu diperkuat dengan data yang diambil dari narasumber melalui wawancara. Analisis data dilakukan secara deskriptif, yaitu dengan cara memaparkan dan menafsirkan data dalam bentuk kalimat secara Subtantif dan Sistematis, yang akhirnya akan menuju pada suatu kesimpulan yang konkrit.
Hasil penelitian terhadap peranan polri dalam menanggulangi unjuk rasa yang di lakukan secara anarkis di wilayah hukum POLTABES yogyakarta yaitu di lakukan dengan bentuk upaya preventif dan represif. Dalam bentuk preventif yaitu di lakukan dengan pengawasan terhadap aksi pengunjuk rasa jika di lakukan dengan pengrusakan, maka akan dilakukan penangkapan langsung pada saat itu jika kondisi memungkinkan pada saat itu. Upaya represif jika aksi unjuk rasa di lakukan dengan tindakan anarki yang merugikan masyarakat luas. Hambatan-hambatan yang di hadapi oleh Polri dalam menanggulangi unjuk rasa yang dilakukan secara anarkis yaitu hambatan dari Polri sendiri adalah terbatasnya jumlah personil Polri bila di bandingkan dengan jumlah pengunjuk rasa, dan dari masyarakat tidak mau mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku. Khususnya Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum

Kata kunci : Aksi unjuk rasa, demokrasi, anarkis, peran Polri

Upaya Radio Prima FM Haurgeulis Dalam Memperoleh Target Pendengar Melalui Acara “Hallo Prima”

Posted: by Ibay thejoery anakalam in
0

Upaya Radio Prima FM Haurgeulis Dalam Memperoleh Target Pendengar 
Melalui Acara “Hallo Prima”


Wendy Sujatniko




BAB I
PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul
Judul yang penulis bahas dalam penelitian ini adalah Upaya Radio Prima FM Haurgeulis Dalam Memperoleh Target Pendengar Melalui Acara “Hallo Prima”. Penegasan ini penting untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul tersebut, guna mengarahkan penelitian yang ilmiah, profesional dan komprehensif, maka akan dijelaskan terlebih dahulu istilah-istilah yang terkait dalam judul tersebut, yakni sebagai berikut:
1. Upaya
Upaya adalah kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Jadi yang dimaksud upaya adalah kegiatan-kegiatan  yang mengarah pada suatu tujuan. Dalam hal ini upaya terhadap memperoleh target pendengar melalui acara “Hallo Prima” pada radio Prima FM Haurgeulis Indramayu.
2. Radio Prima FM Haurgeulis Indramayu
Radio Prima FM Haurgeulis Indramayu adalah sebuah nama radio swasta yang berlokasi di daerah Indramayu, dengan frekwensi 95,800 MHz, dan beralamatkan di Jalan Siliwangi KM 2 Haurgeulis Kabupaten Indramayu.

3. Target Pendengar
Target adalah sasaran atau batas ketentuan yang telah ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan, pendengar adalah orang yang mendengarkan atau sasaran komunikasi massa melalui media radio siaran.
Jadi, yang dimaksud target pendengar adalah sasaran yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu terhadap orang yang mendengarkan untuk melakukan komunikasi massa melalui media siaran radio.
4. Acara “Hallo Prima”
Acara adalah segala sesuatu yang akan dipertunjukan atau disiarkan, sedangkan “Hallo Prima” merupakan acara yang ada di radio Prima FM yang disiarkan pada pukul 14.00-16.00 WIB siang setiap hari
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan judul upaya Radio Prima FM Haurgeulis Indramayu dalam memperoleh target  pendengar melalui acara “hallo prima” adalah kegiatan yang mengarahkan Radio Prima FM Haurgeulis Indramayu dalam memperoleh target pendengar melalui acara “Hallo Prima”.

B. Latar Belakang Masalah
Media radio termasuk sebagai media komunikasi massa, di mana lazimnya media massa modern mampu menunjukkan seluruh sistem melalui pesan-pesan yang diproduksi, dipilih, disiarkan, diterima dan ditanggapi. Radio sebagai media komunikasi mempunyai banyak jenis, namun hanya radio siaran (radio broadcast) yang merupakan media massa, meskipun ada jenis radio lainnya seperti: radio telegrafi, radio telefoni dan lain-lain, yang sifatnya interpersonal.
Ketika para pengelola stasiun penyiaran radio merencanakan untuk beroperasi, salah satu faktor yang yang perlu menjadi kajian khusus adalah cara menetapkan target pendengar. Apalagi di masa sekarang ini, kompetisi sedemikian tinggi target pendengar menjadi prioritas. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian target pendengar tersebut diperlukan penataan acara. Dan, penataan itu sendiri merupakan sebuah proses mengatur acara demi acara termasuk penjadwalannya sehingga terbentuknya format acara dengan tujuan menciptakan image stasiun penyiaran radio.
Proses perencanaan acara yang paling penting adalah pertimbangan mengenai tingkatan yang ingin kita capai dengan cara mengelola acara tersebut hanya dengan melalui kesuksesan acara inilah pengembangan citra dan reputasi brand terhadap pendengar akan diraih sebanyak-banyaknya. Jika rating pendengar baik, lamanya mendengarkan, maka akan sangat berdampak pada sirkulasi massa yang memang dicari oleh pemasang iklan, rating digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan media, rating menunjukan bagian dari sejumlah individu yang mendengarkan suatu acara pada suatu waktu tertentu.

Dalam pemahaman modern, pendengar radio bukan lagi objek yang menggunakan telinga untuk menyimpan sebuah acara, mereka (pendengar) juga menggunakan nalar pikir dan sekaligus empati, sehingga membentuk sikap kritis, jika program yang ditayangkan radio tidak sesuai, maka sikap mereka tidak sekedar memindah channel atau gelombang ke stasiun lain, tetapi akan bersikap antipati terhadap stasiun yang dinilai mengecewakan. Sebagai contoh, dominasi menu hiburan yang muncul di radio menimbulkan kebosanan jika tidak mampu menggugah variasi program, dan salah satu pertimbangan untuk merubah program radio adalah dengan sikap memberdayakan pendengar melalui suguhan-suguhan informasi yang bersifat aktual dan yang dapat memberikan kecerdasan intelektual bagi audiens.
Seiring dengan banyaknya bermunculan radio-radio baru yang ada di Indramayu yang juga menawarkan acara-acara yang menarik sehingga terjadi persaingan dalam perolehan pendengar maka, radio Prima FM haurgeulis yang merupakan radio komersial berupaya mengoptimalkan pendapatannya berawal dari target dan perolehan pendengar dengan menghadirkan acara-acara yang juga menarik diantaranya acara ”Hallo Prima”.
 Berdasarkan deskripsi di atas, penulis tertarik untuk meneliti upaya yang dilakukan radio Prima FM haurgeulis, dengan judul penelitian, upaya radio Prima FM Haurgeulis dalam memperoleh target pendengar melalui acara ”Hallo Prima”.

C. Rumusan Masalah
Bagaimana upaya radio Prima FM Haurgeulis dalam memperoleh target pendengar melalui acara ”Hallo Prima”?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan yaitu untuk mengetahui dan mendeskripsikan upaya radio Prima FM Haurgeulis dalam memperoleh target pendengar melalui acara “Hallo Prima”.

E. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik itu secara teoritis ataupun secara praktis.
1. Secara Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan dapat memberikan kontribusi bagi keilmuan yang terkait dengan pengembangan ilmu komunikasi, khususnya di bidang radio
b. Dapat memberikan sumbangsih pengetahuan khususnya bagi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan juga dapat memberikan pengetahuan mengenai upaya radio Prima FM haurgeulis dalam memperoleh target pendengar
2. Secara Praktis
a. Dapat dijadikan pegangan supaya dalam mengatur suatu media dapat berjalan dengan baik.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan mencari informasi tentang upaya radio Prima FM haurgeulis dalam memperoleh target pendengar melalui acara “Hallo Prima”.

F. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari terjadinya kesamaan terhadap penelitian yang telah ada sebelumnya maka penulis mengadakan penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya. Dari penelusuran yang dilakukan, belum dijumpai penelitian yang sama dengan yang dilakukan penulis teliti yaitu:
1. Skripsi dengan judul “Format Acara Radio Salma FM Klaten, dalam Mempertahankan Pangsa Pendengar”, yang disusun oleh: Indri Puspita tahun 2008, skripsi tersebut memaparkan tentang bagaimana bentuk acara siaran yang digunakan radio Salma FM Klaten dalam usaha mempertahankan pangsa pendengar.
2. Skripsi dengan judul “Fungsi Segmen Pendengar Pada Radio, (Studi Pada Radio RasiaLima Dengan Segmen Pendengar Oldiest)”, yang disusun oleh Nour M. Zuhri tahun 2007, skripsi tersebut mengangkat tentang bagaimanakan produksi siaran acara ”pesan tanding” di Radio RasiaLima.

Dari kedua penelitian di atas, lebih memfokuskan pada bentuk acara siaran yang digunakan dan sungsi segmen pendengar, maka dalam penelitian ini, penulis lebih fokus upaya radio Prima FM dalam memperoleh target pendengar.

G. Kerangka Teori
1. Macam-macam Acara Radio
a. Musik
Lima besar radio terbanyak pendengarnya di Indonesia sejak sepuluh tahun terakhir adalah radio dengan menu siaran musik. Sejarah radio siaran identik sebagai medium sosialisasi musik ke indra telinga. Radio adalah menu hiburan dan musik menjadi menu utamanya.beragam acara dengan materi dasar musik berkembang sesuai karakteristik pendengar dan kebutuhannya. Pemutaran musik yang mencakup lagu dan instrumental menjadi pemandu utama dan kadangkala sebagai selingan suguhan materi siaran lain untuk pendengar.
b. Berita dan Informasi
Berita kian menjadi acara dominan di radio seiring makin terbukanya iklim ekonomi dan politik yang mengakibatkan kesadaran kritis dikalangan pendengar. Radio dituntut untuk melayani kebutuhan yang lebih dari sekedar media hiburan. Setiap radio dapat memiliki program siaran berita, namun tidak semua jenis peristiwa atau topik bisa akrab bagi masing-masing pendengar radio. Setiap format stasiun memiliki jenis berita tersendiri yang layak siar. Dua model kemasan berita di radio adalah (1) langsung (live roport) dari lokasi peristiwa. (2) direkam sebelumnya kemudian disiarkan secara khusus di radio pada jam tertentu. Bentuk kemasan yang popular di Indonesia adalah berita pendek berdurasi sekitar 60 sampai 120 detik.dan berita buletin berdurasi sekitar 10 sampai 30 detik yang dikerjakan khusus oleh tim pemberitaan.
c. Bertutur Interaktif
Perbedaan antara bertutur dan membaca  di radio adalah membaca merupakan kegiatan mengeja naskah secar lengkap dan apa adanya, sedangkan bertutur yaitu “melirik” naskah sebagai panduan improvisasi bicara. Kecuali memutar musik, radio dengan segmen pendengar anak muda kerap menyajikan berbagai acara tuturan interaktif melibatkan pendengar. Tujuannya terutama untuk menghibur sambil memberikan edukasi. Selain pelayanan permintaan lagu (song request), ada pula program curahan hati (curhat), kuis, perbincangan bebas seputar gossip selebriti, hingga permainan mengggugah ras humor. Dalam kemasan modern, program siaran ini dikenal pula dengan sebutan infotainment.
d. Diskusi Publik
Bagi kalangan pendengar dewasa, radio menjadi arena untuk menyampaikan gagasan dan kritik terhadap situasi sosial,ekonomi, dan politik. Perencanaan siaran yang cerdik menangkap peluang ini dengan menyuguhkan acara debat publik seputar masalah kesehatan, seksualitas, isu narkoba, dinamika politik elit, problem lingkungan hidup, dan penataan kota. Lokalitas radio sebagai media penyalur ide membuatnya cepat memberi dampak bagi pergeseran kebijakan di tingkat pemerintahan dan di lingkup internal masyarakat. Program Talkshow baik yang disiarkan dari radio maupun dari luar radio makin diminati, tentu dengan teknik mengemas yang sesuai format stasiun radio setempat.
2. Upaya Dalam Memperoleh Target Pendengar Radio
Dalam memperoleh target pendengar radio dituntut menyajikan acara yang menarik, ada beberapa petunjuk yang dapat dijadikan acuan diantaranya:
a. Target Acara
Pastikanlah siapa sasaran yang akan dituju. Hal ini penting untuk memudahkan pengelola siaran dalam mengelola bahan siaran. Dalam hal ini suatu acara ditentukan misalnya untuk kaum muda, dari golongan ekonomi menengah atas, dengan tingkat pendidikan minimal SLTA, dan menyukai olahraga. Dengan sasaran yang jelas maka acara tersebut akan efektif. Pengalaman menunjukan acara-acara yang tidak mempunyai sasaran yang konkrit tidak pernah populer dan biasanya akan turun dengan sendirinya.
b. Spesifikasi Acara
Isi acara hendaknya membahas materi yang khusus, misal dalam bidang olahraga, maka isinya hanya mempersoalkan salah satu cabang olahraga, misalnya sepakbola. Dalam hal ini isinya tidak mempersoalkan olahraga lainya hanya mencakup sepakbola. Jadi hanya satu topik yang di bahas secara menyeluruh.
c. Keutuhan Acara
Pembahasan materi harus terjaga, tidak keluar dari konsep yang telah di tetapkan. Mulai dari pengantar, permasalahan, pembahasan dan penyelesaian masalah secara sistematis.
d. Variasi Acara
Acara di kemas dalam bentuk yang bervariasi. Varisai dapat ditampilkan dalam dua bentuk yaitu dialog dan monolog. Dalam dialog dapat ditampilkan dua orang atau lebih yang memiliki warna suara yang berbeda. Kontras warna suara ini sangat mendukung acara karena radio merupakan media audio yang hanya mampu menstimuli indra pendengaran. Dengan warna suara yang berbeda memudahkan pendengar untuk mengenali tokoh-tokoh yang terlibat dalam dialog tersebut. Umumnya pendengar lebih menyukai acara yang disiarkan dalam bentuk dialog.


e. Ketepatan Waktu Acara
Pengelola program harus yakin bahwa waktu yang dipilih untuk penyiaran suatu acara sudah tepat. Ketepatan ini didasari pada kebiasaan mendengar dari khalayak. Dengan demikian, acara tersebut akan efektif.
f. Orisinalitas Acara
Penyelenggara siaran harus menyajikan acara yang benar-benar hasil kerja tim kreatif studio tersebut. Bukan tiruan, dalam arti acara ini pernah di sajikan stasiun lain yang kemudian di modifikasi sehingga tampaknya orisinil. Bukan juga acara jiplakan. Acara tiruan dan jiplakan tidak akan membawa banyak keuntungan bagi stasiun penyelenggara, malahan sebaliknya, bisa menjadi bumerang. Karena yang populer adalah stasiun radio yang pertama kali menyajikan acara tersebut. Sedangkan stasiun radio yang menjiplak atau meniru akan dicap sebagai stasiun plagiat.
g. Kualitas Acara
Mutu teknik suatu acara ikut menentukan sukses tidaknya acara di pasar. Pendengar selalu menuntut hasil yang prima tanpa noise (gangguan). Sebab pendengar sangat mendambakan kenyamanan dalam mendengarkan suatu acara siaran. Konsep memberikan yang terbaik kepada pendengar wajib menjadi pegangan penyelenggara siaran.
h. Penggunaan Bahasa Dengan Sederhana
Penggunaan bahasa sederhana, artinya bahasa yang dipakai sehari-hari atau bahasa pergaulan. Jangan disajikan acara dengan bahasa ilmiah, kata-kata asing, atau kata-kata baru. Pendengar akan mengalami kesulitan mencerna isi acara. Sebab tidak semua pendengar memiliki kemampuan yang merata sehingga kemudahan menangkap isi acara berbeda-beda.
3. Kriteria Acara yang Menarik Perhatian Pendengar (audience)
Menurut Howard Gough, ketertarikan pendengar pada program siaran dapat terjadi jika elemen-elemen berikut terdapat pada program tersebut:
a. Program yang diproduksi berdampak bagi kehidupan
b. Selalu ada konflik
c. Program tesebut dapat menumbuhkan semangat
d. Harus dapat dipahami pendengar
e. Menghindari sesuatu yang abstrak
f. Menyajikan unsur keanekaragaman
4. Tipologi Pendengar Radio
Pendengar atau audiens diartikan sebagai kumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar dan pemirsa berbagai media atau komponen lainnya. Pendengar adalah pihak yang paling penting dalam konteks komunikasi siaran. Tanpa pendengar maka sebuah radio akan mati suri. Kadangkala teknologi pesawat radio tidak berkorelasi dengan banyak sedikit atau aktif-pasifnya pendengar, demikian pula sajian siaran yang baik dari seorang announcer. Oleh karena itu memahami tipologi pendengar sangatlah penting, baik bagi perilaku siaran maupun bagi akademisi.
 Menurut perspektif ekonomi, pendengar adalah konsumen produk siaran. Mereka mengkonsumsi sebuah produk siaran berdasarkan ketersediaan waktu dan akses yang mudah terhadap pesawat penerima siaran radio. Pendengar akan mampu mengembangkan imajinasinya karena dua hal, yakni: 1) referensi pengalaman yang mereka miliki terhadap suatu materi siaran; 2) referensi pikiran, kedekatan, dan ketajaman pikiran terhadap sebuah masalah yang sedang disiarkan.
Sedangkan menurut kelas sosialnya, pendengar dapat dibagi dengan dua karakteristik yang masing-masing berbeda. Pertama, kelas menengah ke atas. Mereka memiliki pandangan jauh ke depan, cakrawala pikiran yang luas, melihat diri terkait erat dengan peristiwa atau orang lain, berciri kota urban, berpikir rasional, percaya diri, mau mengambil risiko, dan selera pikirannya beragam. Kedua, kelas menengah ke bawah. Pandangan mereka terhadap hari ini dan kemarin terbatas, cakrawala pikiran sempit, dunia seakan mengelilingi dirinya sendiri, berciri pedesaan rural, cara berpikirnya konkrit dan non rasional (mistis dan sejenisnya), lebih terikat pada keamanan fisik dan selera pilihannya terbatas.
Dalam interaksinya dengan radio ada enam macam perilaku pendengar, yaitu: Pertama, rentan konsentrasi dengarnya pendek, karena menyimak radio sambil mengerjakan berbagai kegiatan lain. Kedua, perhatiannya dapat cepat teralih oleh orang atau peristiwa di sekitarnya, karena baginya radio merupakan ”teman santai”. Ketiga, tidak bisa menyerap informasi banyak dalam sekali dengar, karena daya ingat yang terbatas akibat dari aktivitas pendengaran yang selintas. Keempat, lebih tertarik pada hal-hal yang mempengaruhi kehidupan mereka secara langsung, seperti tetangga dan teman. Kelima, secara mental dan literal (melek huruf) mudah mematikan radio. Keenam, umunya pendengar tidak terdeteksi secara konstan sehingga kita tidak mengetahui apakan mereka pintar, heterogen, dan tidak fanatik.
Menurut skala partisipasi terhadap acara siaran, ada empat tipologi pendengar, yaitu:
a. Pendengar Spontan
Yakni bersifat kebetulan, tidak berencana mendengarkan siaran radio atau acara tertentu, perhatian mudah beralih ke aktifitas lain.
b. Pendengar Pasif
Suka mendengarkan siaran radio untuk mengisi waktu luang dan menghuibur diri, menjadikan radio sebagai teman biasa.
c. Pendengar Selektif
Mendengar siaran radio pada jam atau acara tertentu saja, fanatik pada sebuah acara atau penyiar tertentu, menyediakan waktu khusus untuk mendengarkannya.
d. Pendengar Aktif
Secara reguler tak terbatas mendengarkan siaran radio, apapun, dimanapun, dan aktif berinteraksi melalui telepon. Radio menjadi sahabat utama, tidak hanya pada waktu luang.
Data pendengar biasanya diklasifikasikan menurut tiga disiplin akademis. Pertama, demografi. Kedua, geografi. Ketiga, psikografi. Dari pengkajian ketiga disiplin ini kemudian dapat ditentukan tiga strategi dalam kebijakan pengelolaan radio siaran, yaitu:
a. Segmenting, yakni proses membagi-bagi atau mengelompokkan pendengar dalam kotak-kotak psikogarfis-sosiografis yang lebih homogen.
b. Targetting, yakni proses menyeleksi, memilih, dan menjangkau potensi pendengar melalui program siaran  yang tepat.
c. Positioning, yakni strategi memasuki jendela otak pendengar dan strategi komunikasi, pembentukan citra produk siaran di benak pendengar. Pendengar adalah konsumen sekaligus komoditas.

H. Metode Penelitian
Kata metode berasal dari kata yunani methodos yang mempunyai arti jalan atau cara yang teratur dan sistematis untuk melaksanakan sesuatu. Maka metode penelitian adalah cara kerja yang berdasarkan disiplin ilmiah untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan fakta-fakta. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian untuk menghasilkan data deskripsi kualitatif, dimana penelitti mendeskripsikan atau mengkontruksi wawancara mendalam terhadap subjek peneliti.
1. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah informan yang akan diminta informasinya tentang objek yang akan diteliti, para informan yang akan dimintai keterangannya dalam pengambilan data di lapangan. Adapaun yang menjadi subjek penelitian ini adalah
1) Direktur utama radio Prima FM Haurgeulis
2) Divisi Program Siaran
3) Tim produksi acara ”Hallo Pima”
b. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah pokok yang akan diteliti atau dianalisa. Adapun objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang upaya radio Pima FM dalam memperoleh target pendengar melalui acara “Hallo Prima”.
2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode yang dipakai penulis untuk memperoleh data dan informasi dari sumbernya guna memperoleh data yang lengkap, tepat, dan valid.
Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa macam metodenya yaitu:
a. Observasi
Observasi dapat diartikan sebagai pencatat atau pengamatan terhadap gejala-gejala yang diselidiki, dan juga dapat diartikan dengan pengamatan bebas. Penulis menggunakan observasi non-partisan, dimana penulis hanya mengamati dan menulis upaya radio Prima FM Haurgeulis dalam memperoleh target pendengar melalui acara “Hallo Prima”.
b. Wawancara
Metode wawancara adalah metode yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan (pengumpul data bertatap muka dengan responden). Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur, yaitu pewawancara menentukan sendiri urutan dan juga pembahasannya selama wawancara, baik itu wawancara secara langsung maupun tertulis apabila narasumber sulit ditemui. Lewat metode ini diharapkan permasalahan yang ada dapat terjawab secara jelas dan mendetail.


c. Dokumentasi
Untuk melengkapi data penelitian ini, penulis akan melakukan pengumpulan data dengan metode dokumentasi. Studi dokumentasi berproses dan berawal dari menghimpun dokumen, memilih-milih dokumen sesuai dengan penelitian, menerangkan dan mencatat serta menafsirkannnya, serta menghubung-hubungkannya dengan fenomena lainnya. Dalam penelitian ini data-data akan dikumpulkan sehingga data sekunder berupa dokumen penting yang terhubung dengan sumber data penelitian ini dan gambaran umum tentang radio Prima FM Haurgeulis berupa majalah, foto, arsip, dan transkip acara radio.
3.   Metode Analisis Data
Setelah data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terkumpul, maka langkah selanjutunya adalah analisis data. Adapun metode yang digunakan penulis adalah deskriptif analitik dengan menggunakan analisis kualitatif. Deskriptif analitik yaitu cara untuk mengumpulkan dan menyusun data tentang obyek yang akan dikaji untuk dilakukan analisis terhadap data tersebut. Deskriptif analitik dalam penelitian ini akan mencoba menganalisis secara kualitatif tentang upaya radio Prima FM haurgeulis dalam memperoleh target pendengar melalui acara ”Hallo Prima”.




I. Sistematika Pembahasan
Pembahasan skripsi ini di baagi ke dalam bab dab sub bab-sub bab, pembagiannya sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini membahas tentang penegasan judul, latar belakang masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoretik, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
Bab II Gambaran umum tentang acara ”Hallo Prima”, pada bab ini, penulis menjelaskan tentang profil acara ”Hallo Prima”.
Bab III Upaya radio Prima FM Haurgeulis dalam memperoleh target pendengar melalui acara ”Hallo Prima”, bab ini membahas upaya radio Prima FM Haurgeulis Indramayu dalam memperoleh target pendengar melalui acara ”Hallo Prima”.
Bab IV Penutup, bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran-saran serta kata penutup.


****

ANALISIS FAKTOR MOTIVASI PENGGUNAAN INTERNET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JERMAN UNIVERITAS NEGERI YOGYAKARTA

Posted: Kamis, 29 April 2010 by Ibay thejoery anakalam in
0

ANALISIS FAKTOR MOTIVASI PENGGUNAAN INTERNET
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN
MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JERMAN
UNIVERITAS NEGERI YOGYAKARTA

Oleh:
Muhammad Nurrochim
NIM: 04203241026

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) faktor-faktor motivasi yang menentukan penggunaan internet sebagai media pembelajaran bahasa jerman mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta. (2) Variabel yang mewakili setiap faktor yang menentukan internet sebagai media pembelajaran bahasa Jerman mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta.
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta pada semester gasal tahun 2008/2009. Pengambilan data dilakukan pada awal bulan Desember 2008 dengan jumlah subjek  sebesar 80 responden. Validitas dan reliabilitas kuesioner di uji dengan pearson correlation dan cronbach alpha. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, analisis komponen utama dan analisis faktor.
Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Faktor-faktor yang memotivasi mahasiswa dalam menggunakan internet sebagai media pembelajaran bahasa Jerman adalah: (1) Faktor Informasi adalah faktor yang berasal dari internet itu sendiri. Yaitu variabel Interactivity, Kelengkapan, Tak terbatas dan Menarik. Dengan persentase keragaman sebesar 31,842%. (2) Faktor Individu yaitu faktor yang berhubungan dengan individu mahasiswa (Minat, Relevansi dan Prestasi) dengan persentase keragaman sebesar 13,157%. (3) Faktor lingkungan dengan persentase keragaman sebesar 10,226%. Variabel yang mendukung adalah Kepuasan, Biaya, Orang Lain, dan Organisasi.(4) Faktor ektifitas dalam menggunakan internet. Persentase keragaman sebesar 8,693%. Variabelnya adalah Kemudahan dan Pengetahuan. Total keragaman yang mampu dijelaskan oleh keempat komponen utama tersebut adalah sebesar 63,918 persen.

Faktorenanalyse der Motivation in die Verwendung des Internets
als Deutschlernmedien an die Deutschstudenten
der Universitas Negeri Yogyakarta

von:
Muhammad Nurrochim
NIM: 04203241026

ABSTRAKT

Diese Forschung zielt darauf ab, herauszufinden: (1) Faktoren, die die Studenten der Deutschabteilung Universitas Negeri Yogyakarta das Internet als Deutschlernmedien zu gebrauchen motivieren. (2) Variablen für jeden Faktor, der die Studenten der Deutschabteilung Universitas Negeri Yogyakarta das Internet als Deutschlernmedien zu gebrauchen motiviert.
Die Subjekte der Forschung sind die Studenten der Deutschabteilung Universitas Negeri Yogyakarta im Jahrgang 2008/2009. Die Datensammlung findet am Dezember 2008 statt,  die Zahl der Subjekte umfasst 80 Befragten. Die Daten werden durch Umfrage gesammelt. Die Zuverlässigkeit und Gültigkeit des Umfragens werden durch pearson correlation und cronbach alpha geprüft. Die Daten werden durch Deskriptive-, die Hauptkomponenten- und Faktorenanalyse Verfahren analysiert.
Die Untersuchung ergibt sich wie folgendes. Faktoren, die die Studenten der Gebrauch des Internets motivieren sind: (1) Informationsfaktor, der aus dem Internet selbst kommt. Sie sind Interktivität, Vollständigkeit, unbegrenzt und Attraktivität. Der Prozensatz der Varianz ist  31.842%. (2) Der interne Faktor der Befragten ( Intersse, Relevanz und Leistung), der Prozentsatz der Varianz ist 13.157%. (3) Lernumfeldsfaktor, der prozentuale Anteil der Varianz ist 10.226%. die Variablen sind Zufriedenheit, Kosten, anderen Menschen und Organisation. (4) Effizienzsfaktor bei der Nutzung des Internets. Der Prozentsatz der Varianz ist 8.693%. Die Variablen sind Einfachkeit und Kenntnis.  Der gesamten Varianz, der durch die vier Hauptkomponenten sich erklärt, ist 63.918 Prozent.

1

KEEFEKTIFAN METODE LANGSUNG 
TERHADAP PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA JERMAN 
SISWA KELAS XI SMA N 2 BANGUNTAPAN

Oleh Imam Ahmad Bajuri
NIM 04203244020

ABSTRAK

            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa antara kelompok yang diajar dengan Metode Langsung dan yang menggunakan metode konvensional, (2) keefektifan penggunaan metode Langsung dalam pembelajaran berbicara bahasa Jerman bahasa Jerman.
            Penelitian ini adalah quasi eksperimen. Variabel penelitian ini yaitu variabel bebas, yaitu metode Langsung dan variabel terikat, yaitu keterampilan berbicara. Desain dalam penelitian ini menggunakan Pre-Test  Post-Test Control Group Design.  Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA N 2 Banguntapan berjumlah 139 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Berdasarkan pengambilan sampel diperoleh kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen (38 siswa) dan kelas XI IPS 2 sebagai kelas kontrol (31 siswa) yang seluruhnya berjumlah 69 siswa. Pengambilan data menggunakan tes berbicara bahasa Jerman yang berupa pre- dan post-test. Pengumpulan data menggunakan tes keterampilan berbicara. Realibilitas menggunakan Alpha Cornbach. Analisis data penelitian ini menggunakan uji-T.
            Hasil penelitian menunjukan bahwa t hitung 4,858 lebih besar dari t tabel 1,995 dengan taraf signifikansi α 0,05 dengan df sebesar 68. Rerata kelompok eksperimen 100,50 lebih tinggi daripada kelompok kontrol 86,23. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa (1) ada perbedaan yang signifikan antara keterampilan berbicara bahasa Jerman siswa yang diajar dengan metode Langsung dan yang menggunakan metode konvensional, (2) pembelajaran berbicara bahasa Jerman dengan menggunakan metode langsung lebih efektif daripada yang menggunakan metode konvensional dengan bobot keefektifan sebesar 17,93%. Implikasi dari penelitian ini adalah metode langsung disarankan digunakan dalam pembelajaran berbicara bahasa Jerman karena efektif.



DIE EFEKTIVITÄT DER DIREKTE METHODEN 
 BEIM DEUTSCHSPRECHFERTIGKEITSUNTERRICHT
 AN DER SMA N 2 BANGUNTAPAN

von Imam Ahmad Bajuri
Studentennummer 04203244020

KURZFASSUNG

            Die Ziele dieser Untersuchung sind, (1) die Deutschsprechfertigkeitskompetenzunterschiede zwischen den Schüler, die mit die Direkte Methode unterrichte wurden, mit denen, die mit der konventionellen Methode unterrichtet wurden, (2) die Efektivität die Direkte Methode beim Deutschsprechfertigkeitsunterricht.
            Diese Untersuchung ist ein Quasi Experiment, das aus einem freien Variabel, nämlich die Direkte Methode und einem unfreien Variabel bestehen, nämlich Deutschsprechfertigkeit. Das Experiment Design dieser Untersuchung ist ein Pre-Test Post-Test Control Group Design. Der Probanden dieser Untersuchung sind Schüler der elften Klasse an der SMA 2 Banguntapan. Es waren ingesamt 139 Schüler. Die Beispiele wurden durch ein Simple Random Sampling genommen. Die XI IPA 2 Klasse (38 Schüler) diente als die Experimentklasse und die XI IPS 1 Klasse (31 Schüler) diente als die Kontrollklasse. Sie waren ingesamt 69 Schüler. Die Daten wurden durch einen mündlichen Test aufgenommen, nämlich die Pre- und Post-Testen. Die daten werden durch den deutchen Sprechfertigkeittest erworden. Die Reliabilität wird durch Alpha Cornbach gerechnet. Die Daten wurden mit dem t-Test analysiert.
            Das Ergebnis dieser Untersuchung zeigt, dass t Rechnen 4,858 ist. Es ist höher als t Tabelle 1,995 mit Signifikanz α = 0,05 und df = 68. Das Mean in der Experimentklasse ist 100,50 höher als das Mean in der Kontrollklasse 86,23 ist. Die Zusammenfassung dieser Untersuchung sind: (1) Es gibt die Deutschsprechfertigkeitskompetenzunterschiede zwischen den Schüler, die mit die Direkte Methode unterrichtet wurden, mit denen, die mit der konventionellen Methode unterrichtet wurden, (2) der Sprechfertigkeitsunterricht mit die Direkte Methode ist effektiver als mit der konvientionellen Methode mit der Effektivität 17,93%. Die Implikation dieser Untersuchung ist, die Direkte Methode kann im Deutschsprechfertigkeitsunterricht benutzte werden, weil das effektiv ist.